Maret 2019

Jakarta - Percayakah Anda, tes psikologi bisa mengungkap alam pikiran dan bawah sadar manusia? Misalnya tes menebak kumpulan gambar.
Meski sering dianggap sepele, ternyata bisa mengungkap kepribadian seseorang.
Carl Jung menggunakan tes asosiatif sebagai detektor kebohongan untuk mengetahui kepribadian seseorang di abad ke-20.

Cara ini digunakan karena mereka memerlukan reaksi instan dan tak memberikan kesempatan pada subjek untuk memikirkan apa yang mereka lihat.

Seperti dilansir dari brightside.me, kami akan mencoba mendapatkan informasi dari pikiran bawah sadar untuk mengungkapkan seperti apa kepribadian Anda lewat tes psikologi di bawah ini.

Hewan Apa yang Pertama Kali Kamu Lihat?

Kucing
Pilihan ini menunjukkan ketidaksediaan Anda untuk memulai kerja setelah menghabiskan libur di akhir pekan. Ada keinginan untuk selalu segera istirahat. Anda ingin menjalani kehidupan dengan nyaman. Duduk santai sambil membaca buku favorit atau menonton TV cukup me-refresh tubuh.
[ads-post]
Anjing
Anda merasakan dukungan dari teman untuk memecahkan masalah yang ada. Semangat yang Anda miliki adalah hal baik. Tetapi pertimbangkan dengan kepala dingin untuk melihat apakah Anda mampu menyelesaikannya sendiri.

Singa
Tidak ada yang dapat menghalangi Anda! Ada sesuatu di dalam diri Anda yang menarik orang di mana hal ini membuat mereka hormat dan kagum. Akan tetapi, tidak sedikit yang iri. Karena itu, cobalah untuk memperlakukan orang lain dengan sama dan bukan dengan cara seperti saat ini.

Kuda
Saat ini, ada sesuatu yang membatasi dan menghambat kebebasan Anda. Mungkin Anda butuh liburan! Ingat, semua orang perlu istirahat. Tapi tetaplah tenang dan tunjukkan daya tahan dan efisiensi Anda dalam bekerja.

Angsa
Anda sedang jatuh cinta. Itulah alasan mengapa segala sesuatu di sekitar Anda tampak indah. Ini adalah periode indah, maka cobalah untuk terus memperpanjangnya, selama beberapa waktu, paling tidak sampai Anda menerima gaji.

Ilustrasi
Suatu malam setelah maghrib, aku mengendarai mobil ke rumah.

Tiba-tiba rasa migrain nyeri menyerang kepala hingga aku menepikan mobilku.

Berhenti sejenak menunggu rasa nyeri berkurang, aku berusaha mengalihkan pikiran dengan melihat sekeliling.
Tiba-tiba kaca mobilku diketuk seorang anak laki-laki kira-kira umur 12 tahun.

“Bu… Ibu mau parkir? Saya bantuin untuk parkir mobilnya ya….” katanya...

“Belum sekarang, saya mau istirahat dulu,” jawabku.

“Kalau gitu apa Ibu punya uang 2000 ?” tanya anak itu.

Karena aku sedang tidak mau diganggu, aku buru-buru serahkan uang itu. Aku pikir anak ini mungkin cuma mau minta-minta.
Lalu aku mulai mengamati  anak itu...dia mendekati tukang gorengan lalu membeli beberapa gorengan. Kemudian gorengan itu dia berikan pada sesosok orang tua yang duduk di bawah tiang listrik.
Ketika dia melewati samping mobilku, aku buka kaca dan memanggilnya.

“Eh… dik sini…itu siapa?” tanyaku.

“Gak tau bu… bapak-bapak tua…, saya juga baru saja ketemu...” jawabnya...

“Loh, tadi kamu minta uang ke saya beli gorengan, kenapa diberikan ke bapak itu ?”

“Oh…saya tadi duduk di situ, ngobrol sama bapak itu. Bapak itu katanya puasa… Tadi saya lihat buka puasanya cuma minum…. Katanya uangnya habis. Hari ini saya nggak jualan koran... Tanggal merah bu..  Jadi ga punya uang.. . Saya cuma ada 1000, kalau beli gorengan cuma dapat 1 kasihan ga kenyang. Makanya saya minta ibu 2000. Biar dapat 3... Ibu mau parkir sekarang ? Saya bantuin parkir ya bu… Ibu kan udah bayar. Kalau saya sebenernya bukan tukang parkir,” katanya tertawa sambil garuk-garuk pipinya.

Aku terdiam. Tadi aku pikir anak ini pengemis seperti anak-anak yang biasa mangkal di jalan. Ternyata aku salah besar.
“Terus uang kamu habis dong dik?” tanyaku.

“Iya bu… Nggak apa-apa… Besok bisa jualan koran… Inshaa Allah ada rejekinya lagi.”

“Kalau gitu Ibu ganti ya uangnya dik … Sekalian sisanya buat jajan…” kataku sambil menyerahkan lembaran uang Rp 20.000,-.

“Nggak usah Bu… Jangan… Ibu saya sebetulnya melarang saya minta-minta... Makanya saya tawarin ibu parkirin mobil ibu. Soalnya tadi saya kasihan bapak itu aja. Cuma saya bener-bener nggak punya uang,”  katanya lagi...

“Eh Dik… ibu minta maaf ya tadi salah sangka sama kamu… Kirain kamu tukang minta-minta” kataku merasa bersalah.

“Saya yang minta maaf Bu… Saya jadi minta uang duluan sama Ibu.. Padahal saya belum kerja.”

“Sama-samalah… Ini ambil uangnya… Ini kamu nggak minta, Ibu yang beri...” kataku.

“Nggak Bu, Makasih. Ibu mau parkir sekarang ?” tanyanya lagi.

“Nggak… Ibu nggak usah dibantu parkir,” kataku.

“Beneran Bu ? Soalnya saya mau jemput adik saya ngaji dulu bu… Takut nangis kalau kelamaan telat jemputnya…”

“Udah, sana jemput aja adiknya…” kataku tersenyum.

“Makasih ya, Bu…” katanya setengah berlari meninggalkan saya yang termangu.
Saya menoleh ke tiang listrik, bapak tua itu sudah pergi. Saya lihat dari spion mobil, anak itu berjalan setengah berlari.

Diluar sana banyak orang tidak seberuntung kita, tapi mereka masih memikirkan sesama, masih berusaha bersedekah dan sangat yakin akan jaminan rezeki.

Terima kasih nak, kamu hari ini telah memberikan pelajaran akhlaq yang luar biasa untuk saya … Semoga hidupmu berlimpah berkah dan rezeki.

Saya starter mobilku dan melaju pelan-pelan menuju rumah.
Aku sediiih dan menangis,  kerena belum bisa berbuat banyak untuk sesama.

Berbagi..Tak Harus Menunggu Kaya !!!

#muhasabahdiri
#inspirasikehidupan

Adzan Rosullulah Tak Seperti Itu Cucu Ku.
3 Maret 1924 Masa kelam runtuhnya dunia islam tanpa pemimpin.  Khilafah Ustmaniyah dihapuskan oleh kalangan sekuler Turki.

Siang itu,  8 tahun setelah imperium besar Islam runtuh. Cerita sebuah keluarga menyambut kedatangan cucu yang baru saja selesai berkhitan.

Waktu Adzan,  dan itulah hari pertama Adzan tak lagi menggunakan lantunan Adzan yang pernah dilantunkan  Billal Bin Rabah. Adzan itu dilafalkan dengan bahasa Turki.

Sang cucu berkata pada kakeknya,  Kakek kenapa engkau tak menyambut panggilan itu dan berangkat ke Masjid.
Sang Kakek pun menjawab,  Adzan Rosullulah tak begitu cucu ku.  Sambil membanting sebuah arloji,  sang Kakek bergegas menuju masjid.

Sang Kakek menarik Muadzin yang menyerukan panggilan solat dalam bahasa Turki itu.  Dan Sang Kakek kumandangkan Adzan.

Mendengar lantunan Adzan dalam bahasa Arab,  segera para polisi menuju Masjid. Kegaduhan pun terjadi.  Lelaki tua itu diseret keluar Masjid.  Polisi marah pada sang Kakek. Dan Lelaki tua itu pun melawan.  Sampai seorang perwira mengarahkan pistol dan melepaskan tembakan.
[ads-post]
Sebelum timah panas menembus tubuh lelaki tua, seorang laki-laki muda menghalangi.  Dia terjatuh. Anak kecil yang menjadi saksi semua kejadian itupun berteriak Ayaaah.... Anak Kakek itu terbunuh....  Dan cucunya pun memeluk jasad Ayahnya.

Selang waktu berganti,  anak kecil itupun tumbuh menjadi seorang pejuang.  Jalannya panjang memasuki dunia politik yang penuh dengan tipu muslihat kaum sekuler.  Tapi cita-cita luhur untuk mengembalikan Turki pada cahaya Islam tak pernah padam. Adnan Menderes,  anak kecil itu tumbuh dan akhirnya berhasil menang 52% menjadi Perdana Menteri

Ternyata dalam usaha sekulerisme menjauhkan mereka dari Islam.  Sebagian dari mereka tetap merindukan Islam,  rindu Al Quran,  rindu adzan seperti adzan Billal Bin Rabbah,  para wanita rindu menggunakan  hijab diruang publik.

Adzan berbahasa Turki dikumandangkan selama 18 tahun lamanya hingga kemudian dikembalikan ke bahasa Arab oleh pemerintah yang baru, Perdana Menteri Adnan Menderes pada tahun 1950.

Kalangan sekuler tak suka dengan kebijakan-kebijakan Adnan Menderes yang pro pada umat Islam. Dia difitnah sebagai Diktaktor.  Perbaikan Ekonomi yang pesat tak pernah diindahkan oleh kaum sekuler.  Adnan tetap sebagai orang yang harus disingkirkan. Hingga ia pun dikudeta pihak militer dan ia pun syahid di tiang gantungan.

Mengembalikan Islam di atas tanah Turki yang sudah lama terjerembab ke dalam lubang hitam sekularisme bukanlah hal yang mudah. Butuh waktu 18 tahun bagi Adnan Menderes mengembalikan adzan kembali berbahasa Arab, itu pun harus ia bayar dengan nyawanya.  Dan partai politik berhaluan Islam, Partai Refah [Partai Kesejahteraan] juga dikudeta dan partainya dibubarkan.

Pelarangan hijab di Turki dimulai pada tahun 1984. Hijab dilarang penggunakan di ruang publik, termasuk sekolah, universitas, pengadilan, kantor pemerintahan dan institusi resmi lainnya.

Pada tahun 2007, di depan pendukungnya Erdogan berjanji akan menghapuskan pelarangan hijab jika terpilih sebagai Perdana Menteri dan partainya AKP [Partai Keadilan dan Pembangunan] menang.

Dengan izin Allah, mayoritas rakyat Turki memilih Erdogan dan AKP. Parlemen berhasil dikuasai oleh partai AKP. Pada 2010 pelarangan hijab di universitas dicabut. Hijab juga mulai diperbolehkan digunakan di institusi negara pada tahun 2013 dan sekolah pada tahun 2014.

Sampai detik ini pun,  kaum sekulerisme Turki berusaha untuk tetap menjatuhkan Erdogan, menjauhkan Umat Islam dari Syariat Islam. Turki sudah belajar banyak,  sudah mengalami banyak cerita. 

Bagaimana ekonomi mereka hancur karena jauh dari Islam,  dan diseret pada sekulerisme. Bagaimana dengan jumlah 83% umat Islamnya tapi tak berdaya,  sejak ustmani runtuh,  prostitusi legal dinegeri itu.  Mereka sangat tau kenapa harus bersatu, punya alasan untuk bangkit dari keterpurukan sejak dijauhkan dari Masjid. 

Sekarang mereka meramaikan Masjid,  Adzan Subuh mereka sambut beramai-ramai.  Mereka sangat tau rasanya penderitaan dijauhkan dari Islam.

Mereka belajar banyak,  bagaimana keruntuhan negerinya diawali kaum muda yang termakan propaganda kebebasan liberalism dan sekulerisme, diawal 1924.

Ingat gagalnya kudeta Erdogan?
Yah mereka sudah belajar banyak,  lebih daripada kita, tentang propaganda islam phobia. Dan itulah jadi alasan kuat kenapa mereka tidak mau gagal lagi.
Mereka tidak mau kehilangan pemimpin yang mereka cintai.  Yang mereka rindukan. Yang menjaga cahaya Islam terang kembali.

Allahu Akbar.
Allah menjaga cahaya Islam. Dan akan menentukan jalanNya.  Memilih siapa yang Allah takdirkan menjadi pemimpin yang beriman bertaqwa dan membendarkan CahayaNya. Jika itu bukan kamu.... Yang menggakkan Dien. Pasti Allah menggantikan mu.... Pemimpin Dholim.

Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. (QS. At-Taubah [9] : 32)

Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (QS. Al-Baqarah [2] : 217)

Batavia, 08 Maret 2019
Syahruddin Ramlan Al-Faqir
Photo: Pegunungan di Turkey

Terbaru Lainnya

TERKINI LAINNYA
REGIONAL

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget