Raa Pramuja -
Jakarta - Muda, cerdas, cantik, enerjik, bertemu berbagai idola dunia dan diidolakan anak muda. Itulah Kristiane Backer pada akhir 1980-an. Saat itu dia berusia 24 tahun dan menjadi VJ MTV pertama di Eropa. Namun di tengah gemerlap dunia dan karier impian anak muda, Kristiane malah merasa hampa dan merindukan hidup jauh yang lebih memberi makna. Dia pun berkelana mencari Tuhan.
 |
(kristianebacker.com) |
"Sebenarnya Tuhanlah yang menemukan saya. Saya justru mengalami krisis setelah menjadi presenter di MTV Eropa sekitar 2 tahun. Tekanan gaya hidup yang tinggi, bekerja dan berpesta dengan keras sudah saya alami dan saya merasa depresi walaupun mendapatkan pekerjaan impian ini," jelas Kristiane Backer saat berbincang melalui surat elektronik, yang ditulis detikcom Rabu (16/10/2013).
Saat menjadi VJ MTV Eropa, dirinya mewawancarai hampir sebagian besar selebritis idola anak-anak muda di dunia. Bila Anda menjadi remaja yang tumbuh pada kurun 1990-an, sebutkan saja idola Anda waktu itu. Mulai dari Rolling Stone, U2, Lenny Kravitz, Annie Lennox, Prince, Take That dan sederet nama musisi tenar lainnya. Bahkan, Kristiane bersahabat dekat dengan beberapa musisi idola itu.
 |
Kristiane Backer saat menjadi VJ MTV (kristianebacker.com) |
Tak cuma menjadi presenter, karena lama disorot oleh MTV yang menjadi trendsetter video klip musik hingga gaya hidup remaja, lama-lama Kristiane ikut menjadi selebriti dan idola. Kristiane menjadi saksi kehidupan musisi yang glamor, pentas dari satu kota ke kota lain, dari satu negara ke negara lain, dipuja dan dielukan fans namun di waktu lain mendapati kesendirian di kamar hotel, minuman keras dan narkoba menjadi pelarian.
Kristiane menganalogikan kehidupan musisi dunia itu sebagai 'roller coaster emosional', yang dialaminya juga dalam skala yang kecil. Di situlah Kristiane menyadari dirinya mengalami depresi.
Hingga kemudian, dia bertemu dengan bintang olahragawan kriket asal Pakistan, Imran Khan, yang dinilai Kristiane sebagai sosok yang 'tinggi, berkulit gelap dan tampan' pada tahun 1992. Dari situlah Kristiane sering berdiskusi tentang kehidupan dan maknanya bersama Imran. Kristiane kagum bahwa Imran yang masyhur, sukses, dan kaya, melakukan kerja amal bagi orang miskin di negerinya.
"Iman! Yakinlah pada Tuhan, lalu lakukan perbuatan baik, itu yang selalu dikatakan Alquran," demikian ujar Imran kepada Kristiane.
Kristiane lantas penasaran akan nilai-nilai agama yang dianut Imran, Islam. Kristiane yang lantas menjadi teman dekat Imran berkunjung ke Pakistan. Perjalanan itu, menurut Kristane, menggugah kesadaran spiritualnya.
"Saya dikenalkan kepada Islam bukan oleh imam yang memakai atribut relijius namun oleh bintang olahraga yang ganteng yang juga berproses mencari Tuhan dalam keyakinannya. Dia memberiku buku-buku untuk dibaca, memperkenalkan Islam yang menyentuh saya dengan kemurahan hati dan martabat dalam menghadapi kesulitan," jelas perempuan kelahiran Hamburg, Jerman, 13 Desember 1965 ini.
Saat itu Kristiane juga mengagumi musik sufi dan kesenian Islam saat mengunjungi berbagai negara yang dia kunjungi seperti Maroko, Turki dan Mesir. Mengagumi kisah Nabi Muhammad SAW, dan karya para sufi seperti Jalaluddin Rumi, Abdul Qadir Jailani dan sebagainya. Menurutnya, musik dan segala seni Islam merujuk hanya kepada 'Yang Satu'.
Kendati kemudian tak menjadi teman dekat Imran lagi, namun pencarian Kristiane berlanjut. Seperti dituntun Tuhan, Kristiane bertemu dengan sederet cendekiawan Muslim di London, termasuk diplomat Inggris yang sudah memeluk Islam lebih dulu, Gai Eaton.
Hingga akhirnya Kristiane meneguhkan pencariannya akan Tuhan dalam Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat pada tahun 1995 di London.
"Saya menyadari Islam itu bukan latihan akademis, jika saya ingin merasakan dan membawa Tuhan dalam hidup saya, hanya ada satu cara, bersujud di atas sajadah dan mulai berdoa," kata Kristiane.
Menjadi muslimah yang baik menjadi tantangan Kristiane berikutnya. Salah satunya dengan menjalankan puasa wajib di bulan Ramadan. Kristiane mengatakan fase ini cukup menjadi godaan terberat baginya. Dalam dunianya menjadi VJ MTV, makan enak, minum alkohol dan clubbing lumrah mewarnai.
"Saya sih oke-oke saja dengan spaghetti carbonara dan alkohol hingga Ramadan pertama saya menjadi bencana karena saya clubbing malam sebelumnya dan sangat layu keesokan harinya karena tak boleh makan-minum. Namun Ramadan berikutnya, saya tak lagi minum alkohol. Alhamdulillah," ujar Kristiane saat ditanya godaan terbesarnya pasca menjadi mualaf.
Namun perubahan besar yang dirasakannya, Kristiane kini bisa setiap saat berdialog dengan Tuhan. Melalui salat, puasa dan nilai-nilai kebaikan yang diamalkan.
"Perubahan terbesar yang saya rasakan adalah sekarang saya menjalani kehidupan saya terkait hubungan dengan Tuhan. Saya memiliki waktu berdialog khusus dengan Tuhan. Dan kekosongan yang saya rasakan sebelumnya sekarang diisi dengan Tuhan," tutur Kristiane.
Kristiane mencari guru spiritual dalam pencariannya setelah menjadi mualaf, guru yang mengajarkan agama dalam kebaikan dan kedamaian, alih-alih menyalahkan dan mengutuk. Dia lantas memilih jalan sufi mulai dari membaca buku tasawuf karya Jalaludin Rumi, Al Gazali, Abdul Qadir Jaelani hingga guru spiritual di dunia nyata atas bantuan para sahabatnya. Guru yang sekaligus cendekiawan Islam Inggris itu adalah Dr Martin Lings atau yang juga dikenal sebagai Syaikh Abu Bakar Siraj ad Din di London.
Sosok populer anak muda yang menjadi mualaf pun disorot media Eropa. Kristiane juga sempat kehilangan pekerjaan karena keputusannya menjadi mualaf. Wacana benturan peradaban antara Barat dan Islam pun selalu menjadi bahasan yang ditujukan kepadanya.
Apalagi pada saat tragedi 9/11 di AS pada 2001. Terakhir, kasus penusukan militer Inggris Lee Rigby di jalanan London pada Mei 2013 lalu. Setiap kali ada peristiwa yang menimbulkan Islamofobia, setiap kali itu pula Kristiane berbicara meluruskan keyakinan yang dianutnya.
Apakah dirinya pernah merasa begitu frustasi dan lelah setiap meluruskan pandangan orang kala peristiwa Islamofobia timbul?
"Ya tentu saja saya pernah frustasi dan sedih berkali-kali saat meluruskan tendensi Islamofobia itu," kata Kristiane menjawab detikcom.